Sejak bergabung dengan Indonesia, kekerasan di Papua nyaris tak pernah surut.
Semarang 30 agustus 2011
Para mahasiswa Papua di Semarang, berunjuk rasa di bundaran Undip Semarang, Kamis (30/8). |
Kekerasan di bandara Paniai Papua, 23 Agustus 2012 lalu, mendapat protes dari para mahasiswa Papua di Semarang. Dalam kekerasan di Bandara Paniai itu, dua aparat keamanan menjadi korban penembakan kelompok orang tak dikenal, sehingga berpotensi menghadap-hadapkan rakyat Papua dengan aparat keamanan. Penilaian ini disampaikan Samuel Awom, koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pemuda Papua Semarang, Kamis (30/8) saat berorasi di Bundaran Universitas Diponegoro.
Di mata para mahasiswa Papua yang bersekolah di Semarang, momentum penembakan dua aparat keamanan itu lalu dimanfaatkan oleh perusahaan asing untuk mendatangkan tentara.
"Mereka adalah Tentara Nasional Indonesia yang mendapatkan gaji dari pajak rakyat. Namun bisa disuruh-suruh perusahaan asing. Apakah tentara Indonesia adalah tentara bayaran? Jika ya, hentikan anggaran untuk tentara," pekik Sam dengan megaphone.
Sejak bergabung dengan Indonesia, tambah Samuel, kekerasan di Papua nyaris tak pernah surut. Kekerasan yang kadang meminta korban rakyat Papua ini, juga lebih sering dipicu perlakuan aparatur keamanan negara yang didatangkan perusahaan asing semacam PT Freeport.
"Menjadi wajar kalau kita menuntut agar TNI dan Polri bertindak proporsional dan tak hanya membela PT Freeport hanya karena dibayar," sambungnya.
Dalam aksi yang berlangsung sekitar satu jam itu, para mahasiswa Papua mengakhiri aksi dengan berjalan kaki menuju Mapolda Jateng. Setelah membacakan permintaan sikap, mereka membubarkan diri.
(by: bennygobay)