Perempuan-Perempuan Perkasa, Pendulang Emas
Ketika keeadaan ekonomi menghimpit,
memaksa perempuan-perempuan mencari jalan pintas menutupi kekurangan isi
dapur dan kebutuhan lainnya. Mereka pun keluar menuju jalan pintas itu
dengan mengabaikan sementara runitas urusan dapur dan keluarga.
Mereka tidak akan lepas tangan, bila
keadaan ekonomi sudah carut marut. Profesi seberat apapun tetap mereka
menjalaninya dengan rasa cinta, mereka akan merubah tanah menjadi emas
dan itu demi sesuap nasi. Disini Ibu-ibu,
pada bemigrasi ke tambang Emas, sebagian ada yang menjajakan jualannya,
dan lebih banyak menjadi pedulang emas dadakan. Pekerjaan kasar itu
memang profesi dunia pria, tapi kini itu tidak berlaku lagi. Merekapun
ikut membaur dengan sigap mendulang emas, mereka perempuan-perempuan itu
tak mengenal panas dan hujan, mereka tidak menyerah pada nasib dan
selalu tegar menjalani hidup.
Saya belajar dari perempuan-perempuan
tegar tersebut, mereka memotivasi hidup saya untuk lebih tegar dan tidak
mengeluh, tapi lebih bersyukur dan mencintai pekerjaan dengan sepenuh
cinta. Hidup ini keras, kalau mencintainya akan terasa ringan, seperti
perempuan-perempuan pendulang emas diatas. Mereka tidak mengenal kata
lelah, ketika berada dalam disituasi apapun, mereka selalu direpotkan
oleh pekerjaan rumah, anak dan karier. Hebatkan kalau wanita itu power.
Sosok wanita selalu mendatangkan inspirasi tersendiri. Sekarang ini
tampaknya lebih banyak wanita yang mendirikan yayasan sosial daripada
lelaki. Ada benarnya kalau wanita itu pilar negara.
Pesan Untuk Putri Bangsa
Sekarang ini saya lagi patah hati atas
sikap kalian. Banyak di antara remaja putri, mereka membiarkan ibu
mereka bekerja di dapur sendirian, sementara mereka sibuk berSMS ria,
berVoice ria, berFacebook ria, berTwitter ria, meNgeluh ria, berManja
ria. Buset mari kita kelaut bareng-bareng