Selamat Berkunjung Di Blog Forkompas

Jumat, 06 April 2012

PIDATO KETUA SINODE KINGMI PAPUA PADA PERAYAAN HUT KINGMI YANG KE 50

Pidato (Radio, Televisi) Ketua Sinode KINGMI di Tanah Papua Pada Perayaan 50 Tahun Gereja KINGMI Berkarya di Tanah Papua

Pertama-tama saya mengucapkan “selamat merayakan 50 tahun Gereja Kingmi berkarya di Tanah Papua”.
Tanggal 5 April 2012
Kedua, ijinkan saya mengingatkan kita semua bahwa kita berdiri di penghujung 50 tahun gereja Kingmi di Tanah Papua. Karena itu saya mengajak jemaat untuk kita melihat kebelakang pada pertemuan utusan injil CMA dan para perintis gereja KINGMI pada tanggal 6 April 1961 di sebuah Honai di pinggir lapangan pesawat Beoga, Kabupaten Puncak. Hari itu dalam suasana ketidak pastian masa depan Papua, lantaran ketegangan antara Belanda dan Indonesia terkait status politik, Badan Penyiar Injil CAMA dan para pemimpin gereja pribumi yang kemudian diberi nama Kingmi Nieuw Guinea. Tahun berikutnya, pada tanggal 6 April 1962 dalam konferenasi perdana gereja tersebut Badan Pengurus Sinode Kingmi Irian Barat (Papua) diangkat dan dilantik. Sejak saat itu para pelayan gereja ini bekerja melaksanakan amanat Kristus dalam suasana (a) Ketegangan politik, (b) hambatan jarak geografis yang berat, (c) tanpa sumber dana dan (d) Kekerasan. Mereka: baik pendeta dan penginjil maupun awam (para tukang, mantri dan guru-guru sekolah dasar) telah melaksanakan tugas penyiaran injil tanpa mengenal jerih lelah. Kita mengenang pengorbanan mereka dalam perayaan ini. Kerja mereka telah membuahkan Gereja Kingmi Papua hari ini yang beranggotakan 500.000 lebih, 72 Klasis dan sejumlah Sekolah Teologi, dan jemaat-jemaat yang tersebar  di dua Provinsi, semua Kabupaten dan Kota, diantara suku/etnis di Papua. Ini adalah buah dari karya mereka.
Ketiga, melihat kebelakang kita mengucap syukur kepada Tuhan atas kerja keras mereka (para perintis) sejak tahun 1961 (1962) dengan visi memberitakan injil di Tanah Papua. Kerja mereka telah diberkati Tuhan. Visi mereka: untuk membangun gereja yang besar sudah terwujud. Ebenezer. Sampai di sini Tuhan telah menolong kita. Hari ini ketika kita bersiap merayakan keberhasilan ini, kita merayakan dan mensyukuri keberhasilan generasi para perintis gereja kita. Dalam kerangka syukuran itu saya menyebut prestasi para alumni STT dan pelayan yang sangat menonjol antara lain Pdt. Ardi Asso, Pdt.Marthen Nawipa, pak guru Yance Pakage, Pdt. Yance Nawipa, dkk yang telah melayani masyarakat dan umat kita dengan menghasilkan lagu-lagu gereja. Salah satu dosen STT Walter Post yang lulus cumlaude (dalam ujian negara). Saya juga menyebut kaum profesional warga jemaat kita di parlemen, MRP dan pemerintahan (di eksekutif) yang hadir di sana sesuai bidangnya. Ini sebuah pencapaian dari generasi perintis gereja kita pada masa lalu. Semua ini bisa terjadi karena ketegaran dan pengorbanan para perintis. Dalam kesempatan ini pula, kita mengenang para yatim piatu dan janda-janda dari para perintis yang selama 50 tahun silam berkarya tanpa mengenal lelah sejak 6 April 1961.
Keempat, melihat ke realita hari ini, sebagai bagian dari renungan ini ialah bagaimana kita membangun gereja yang berkualitas pada masa depan?. Karena sisi mutu, keadaan umat kita dewasa ini amat memprihatinkan. Yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari umat dibelenggu oleh berbagai penyakit sosial yang menyeranf warga jemaat kita, seperti kekerasan dalam rumah tangga yang ters terjadi di masyarakat kita, HIV yang telah dan sedang merenggut nyawa para warga dan pelayan kita. Anak-anak jalanan dan gizi yang buruk yang juga melumpuhkan warga jemaat kita. Budaya hidup sehat dan bersih belum dipahami umat. Kekersan dalamrumah tangga dan pembiaran terhadapkekerasan negara yang terus merenggut banyak nyawa di Paniai dan Puncak beberapa waktu terakhir ini. kami melihat gejala sosial ini sebagai kerja Goliat atau Firaun.
Menyikapi kehidupan umat yang demikian, kami badan pengurus sinode melalui raker sinode tahun 2011 lalu telah memutuskan “pencanangan penginjilan jilid baru/penginjilan dua yang akan dilakukan pada tanggal 6 April nanti dalam rangka wujud Visi Gereja Kingmi di Tanah Papua “terwujudnya kerajaan Allah di Bumi Papua damai sejahtera yang tertuang dalam mars sinode gereja kingmi di tanah Papua yang telah dinyanyikan tadi dengan menciptakan kebersamaan, bersatu dan bergandeng tangan……kerja dengan tekun” (Lagu Mars Kaum Perempuan Kingmi di Tanah Papua).
Kelima, dengan mata tertuju kepada Kristus (Ibrani 12:2) dan melihatkepada berbagai penyakit sosial yang menyerang umat kami di tanah ini, kami hari ini memohon maaf kepada umat Tuhan di Tanah Papua atas kegagalan kami menjadi “garam dan terang” di sana. Kami dalam pewartaan mungkin lebih menyebar pesan “menghibur” tanpa menunjukan realita dunia yang penuh dinamika. Kami gagal mendorong umat menemukan diri dan karunianya dan mengembangkan potensi-potensinya sehingga dalam proses interaksi dengan dinamika perubahan tadi gagal menjadi “seperti bintang yang bercahaya di dunia” (Filipi 2:15) penuh kekerasan ini. kami juga memohon maaf kepada kaum perempuan di tanah Papua dan sektor masyarakat lainnya yang terabaikan yang kami pandang dengan sebelah mata dalam pelayanan kami selama 50 tahun. Kami berdoa dan berharap agar ke depan kita sebagai gereja “berubah untuk menjadi kuat” sehingga bisa mendorong umat untuk menemukan diri, karunia dan potensi dan mengembangannya agar mereka bisa menjadi surat Kristus di tengah-tenggah dunia penuh dinamika dan kekerasan ini.
Keenam, kami mohon kekuatan dari Allah Israel, Allah Tuhan Sejarah Gereja dan Gereja serta umat Tuhan di Tanah ini, bagi warga jemaat dan para gembala jemaat diperlakukan diskriminatif yang dilakukan oleh lembag-lembaga seperti MAF (Mission Affiation Felloewship),Heli Mission yang diijinkan pemerintah Indonesia. Lembaga-lembaga ini telah berkali-kali menolak bahkan memaksa turun dari pesawat penumpang dari warga Kingmi Papua yang telah membeli tiket. Keprihatinan yang sama kami sampaikan kepada warga gereja kami yang ditolak lamarannya oleh lembaga pemerintah dan swasta hanya karena mereka adalah warga Gereja Kingmi.
Terkait hubungan dengan pihak GKII, kami berterima kasih kepada panitia yubelium dan kaum profesional yang telah berupaya sekuat tenaga dan berjuang untuk menyatakan niat baik sinode gereja kingmi di tanah Papua untuk berekonsiliasi dengan melakukan beberapa kali pertemuan dengan BPP GKII. Semuanya ini kita lakukan dalam rangka menyikapi konflik di tanah ini yang berlatar belakang gereja.
Kedepan kami mewakili para hamba Tuhan dan jemaat berjanji bahwa 50 tahun dari sekarang gereja kita akan memiliki sejumlah bangunan yang layak untuk pembinaan: berupa gedung pertemuan, kapel, tempat penginapan yang layak di atas tanah kita sendiri; Puspigra Kampung Harapan. Dengan demikian semua kegiatan yang bertingkat Sinode kita adakan di Puspigra sehingga kita bisa membangun secara bertahap. Ini bisa kita lakukan apabila iuran Rp.1000 perorang perbulan kita aktifkan ke depan dengan menyetor ke rekening Bank Papua atas nama Sinode Kingmi.
Sebagai penutup dari kata pidato ini, saya sebagai Ketua Sinode mengingatkan bahwa Kristus mengutus kita semua, para hamba Tuhan, warga jemaat dan para pengurus, dosen dan guru,dll ke dunia (Yohanes 17:18) untuk kembali ke tempat kita hidup dan berkarya, keluarga dan kampung masing-masing dan menjadi penyembuh dan penyebar benih-benih kebaikan dan kebenaran (Maz 126:5-6). Tuhan mengutus kita ke dunia untuk pergi menjadi seperti Daud dan Musa bagi keluarga dan kampung masing-masing dengan bekal Iman dan Firman yang telah kita terima.
Selamat berkarya. Selamat merayakan 50 tahun Gereja Kingmi berkarya di Tanah Papua.
Kampung Harapan, 3 April 2012
Badan Pengurus Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua
Ketua


Pdt. Benny Giay