Paskah Ipmanapandode Semarang dihiasi dengan Budaya Suku Mee
“Namun melalui Kematian Kristus ini kita dituntut untuk memperbaharui hidup kita, agar kedepan kita senantiasa hidup ke arah yang lebih baik” pesan Romo Samuel, Pr dalam homilinya yang disampaikan dalam acara Perayaan Paskah IPMANAPANDODE SEMARANG
Semarang 10 april 2012, Pada perayaan paskah IPMANAPANDODE SEMARANG yang diselengarakan di Pendopo Unika Soegijapranata Semarang di hadiri oleh seluruh Mahasiswa/i asal NAPANDODE yang sedang menuntut Ilmu di Kota Studi Semarang dan Sekitarnya, turut hadir juga dalam Ibadah Perayaan Paskah tersebut dari berbagai Paguyuban yaitu antara lain Paguyban Jayawijaya, Paguyuban Manakwari, Paguyuban Mimika dan Paguyuban lain yang bernaung dibahwa Payung HIPMAPAS
Homili yang disampaikan oleh Romo Samuel, Pr dengan tema ‘Pengorbanan dan Kebangkitan Yesus ikut Memperbaharui Hidup Kita’ beliau berpesan bahwa kita jangan menjadikan momen Kematian Kristus ini hanya sebuah tradisi yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani di Seluruh Dunia, “Namun melalui Kematian Kristus ini Kita dituntut untuk memperbaharui hidup kita, agar kedepan kita senantiasa hidup ke arah yang lebih baik” pesan Romo Samuel, Pr dalam homilinya yang disampaikan dalam acara Perayaan Paskah IPMANAPANDODE SEMARANG, Romo juga sangat antutisi terhadap umat yang mengunakan pakaian adat karena sebagian dari umat memakai pakaian adat Papua (Koteka Mogee)
Dalam Perayaan tersebut kata kata sambutan yang disampaikan oleh Ketua Panitia Perayaan Paskah Delkianus Tebay, menurutnya kita jangan hanya menjadikan ini sebuah hal biasa yang kita Peringati setiap tahun namun dengan Kematian Kristus diatas Kayu Salip kita dituntut untuk hidup lebih mendekatkan pada diriNya melalui Perayaan Paskah yang kita Rayakan bersama pada sore hari ini
Berbagai persiapan yang dilakukan oleh Panitia untuk mensukseskan acara ini banyak kendala - kendala yang dihadapi oleh Panitia “namun hal itu kami bisa atasi karena kordinasi dan kerjasama antara Panitia dan anggota sangat solit, dan kami memohon maaf jika ada kerurangan dalam Perayaan ini” ujarnaya, dan beliau juga berpesan agar kedepannya lebih bagus dari Perayaan ini
Ibadah Perayaan Paskah tersebut diawali dengan tupe (salah satu lagu daerah asli suku mee) dalam Perarakan Romo ke Altar dan lagu Komuni yang dinyanyikan adlah ayoo (salah satu lagu daerah suku mee juga) oleh beberapa umat yang memakai pakaian adat (Koteka, Mogee) hal itu mengundang simpati dari beberapa umat yang turut hadir dalam Perayaan tersebut, salah satunya adalah Stef Pekei, dia sangat bangga dan memberikan apresiasi positif, “dan hal ini patut dicontohi oleh teman teman dari Paguyuban lain yang ada di semarang untuk kembali mengangkat budaya - budaya yang hampir punah di jaman moderen ini” ujarnya
Hal yang sama juga dirasakan oleh Sam Awom dirinya juga sangat bangga dan sangat antusias terhadap Acara Paskah yang diselengarakan oleh ipmanapandode yang mana acara tersebut beberapa bagiannya dilakukan dalam versi budaya Mee dan hal itu memberikan spirit baru kepada Paguyuban lain untuk kembali melihat budaya budaya di Daerah kita masing masing di era moderen ini, “Dengan merangkul teman dari Paguyuban lain membuktikan dan merefleksiakn kembali bahwa IPMANAPANDODE bisa mempersatukan dan menyelesaikan masalah masalah di internal IPMANAPANDODE, HIPMAPAS dan kedepannya kita bisa dan dapat menyelesaikan masalah - masalah Papua yang terjadi akhir akhir ini dengan makna Acara Paskah yang IPMANAPANDODE selenggarakan ini” ujarnya lagi
Acara tersebut dilanjutkan dengan beberapa Pujian Persembahan yang dibawakan oleh masing masing paguyuban satu buah lagu dalam bahasa daerah dari daerah mereka, selingan,permainan, mencari telur paskah, Doa penutup sekalian Doan makan yang dipimpin oleh Dujan Kogoya, makan malam dan pulang. (beri boma)